Pengobatan diabetes ditujukan untuk menjaga agar kadar gula tetap normal, mengurangi gejala, dan menurunkan risiko komplikasi jangka panjang.
Terdapat dua pendekatan yang dilakukan untuk terapi diabetes melitus, yaitu pendekatan tanpa obat dan pendekatan dengan obat. Pendekatan yang pertama kali dilakukan adalah pendekatan tanpa obat. Caranya adalah dengan menerapkan diet yang tepat dan berolahraga. Jika pendekatan tanpa obat belum tercapai, maka dapat dikombinasikan dengan pendekatan kedua.
Obat yang umumnya digunakan yaitu obat hipoglikemik oral (OHO), Insulin, atau kombinasi OHO dan insulin.
Obat hipoglikemik oral ditujukan untuk pengobatan diabetes melitus tipe 2. Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin dalam tubuh, meliputi obat golongan Sulfonilurea dan Glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin). Contoh obat yang masuk dalam golongan Sulfonilurea adalah Glibenclamide, Glimepiride, Gluquidon, Gliclazide, Glipizide.
Sedangkan contoh obat yang termasuk dalam golongan Glinida adalah Repaglinide dan Nateglinide. Obat-obat ini hanya efektif untuk pasien yang sel-sel β pankreasnya masih berfungsi baik.
Obat-obat sensitiser insulin, yaitu obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin, meliputi obat-obat hipoglikemik golongan Biguanida dan Tiazolidindion.
Contoh obat dari golongan Biguanida adalah Metformin. Sedangkan obat yang termasuk golongan Tiazolidindion adalah Pioglitazone, Rosiglitazone, dan Troglitazone. Obat-obat golongan ini dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.
Obat-obat yang menghambat absorbsi glukosa, yaitu golongan Inhibitor α-Glukosidase. Contoh obat dari golongan ini adalah Acarbose dan Miglitol.
Obat-obat golongan ini menghambat kerja enzim-enzim pencernaan yang mencerna karbohidrat sehingga memperlambat absorpsi glukosa ke darah.
Terapi insulin adalah suatu keharusan untuk pasien diabetes melitus tipe 1. Pada DM tipe 1, sel-sel pankreas mengalami kerusakan dan tidak dapat memproduksi insulin, sehingga harus mendapatkan insulin dari luar.
Fungsi Insulin di dalam tubuh adalah membantu mengangkut glukosa dari darah ke dalam sel, sehingga glukosa dapat diubah menjadi energi oleh sel-sel tubuh.
Sediaan Insulin eksogen (insulin yang disuntikkan dari luar) digolongkan menjadi empat, yaitu:
Insulin masa kerja singkat (Short-acting Insulin) atau Insulin reguler. Insulin jenis ini memulai kerjanya dalam 30 menit dan masa kerjanya di dalam tubuh adalah 6-8 jam. Contoh insulin jenis ini adalah Actrapid HM.
Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting Insulin). Insulin jenis ini memulai kerjanya dalam waktu 1-2 jam dan masa kerjanya di dalam tubuh 18-24 jam. Contoh insulin jenis ini adalah Humulin N.
Insulin masa kerja cepat (Rapid-acting Insulin). Insulin jenis ini memulai kerjanya dalam waktu 10-15 menit dan masa kerjanya di dalam tubuh adalah 3-5 jam. Contoh insulin jenis ini adalah Apidra, Humalog, NovoRapid.
Insulin masa kerja panjang (Long-acting Insulin). Insulin jenis ini memulai kerjanya dalam waktu 4-6 jam dan masa kerjanya di dalam tubuh adalah 24-36 jam. Contoh insulin jenis ini adalah Lantus, Levemir.
Insulin disuntikkan secara subkutan (di bawah kulit), lokasi penyuntikan dengan penyerapan paling cepat adalah di daerah abdomen (perut), lengan, paha bagian atas dan bokong.
Sumber:
Depkes RI, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Jakarta, hal.26-36.